Arisan Link; Bukankah Kita Diciptakan Untuk Sanggup Saling Melengkapi?

Senin, 12 Januari 2009 : Januari 12, 2009

0 comments


Bukankah Kita Diciptakan untuk Dapat Saling Melengkapi Arisan Link; Bukankah Kita Diciptakan untuk Dapat Saling Melengkapi?
Nggak jarang kita lihat meme bertebaran wacana muda-mudi yang menyandang status jomlo dan dengan kalimat-kalimat unik yang menyatakan bahwa mereka ingin segera mengakhiri masa lajangnya dengan menikah. Pertanyaan kapan nikah, pun, seakan menjadi momok angker pada momen-momen tertentu. Tapi itu dulu. Sekarang? Sudah bukan zamannya lagi kalian baper gara-gara meme ataupun pertanyaan yang so-yesterday itu, bahkan belakangan orang-orang kreatif di media umum banyak yang bikin meme tandingan, meme wacana betapa mudahnya muda-mudi tiba dan melakukan ijab qabul di KUA. Eits, ke KUA nya memang mudah, hanya perlu melengkapi berkas yang diharapkan dan menyiapkan saksi untuk kesepakatan nikah. Tapi.. bagaimana dengan keadaan, situasi, kondisi, suasana, dan bla bla bla lain pasca menikah? Mari kita ulas! Sebelumnya, mungkin setiap pasangan akan mempunyai jalan kisahnya masing-masing, entah itu dongeng yang mulus semulus kepala Deddy Corbuzier ataupun jalan yang penuh liku macam dongeng cintamu dengan dia.


Pernikahan itu merupakan suatu momen sakral yang dalam memutuskannya kita harus dalam keadaan dan fikiran yang jernih. Bukan lantaran gengsi dan semacamnya. Selain persiapan finansial, mental pun harus benar-benar siap dikala kita sudah tetapkan untuk menyebarkan hidup dengan pasangan.

Faktanya pasca pernikahan, membina sebuah rumah tangga itu nggak semudah yang dibayangkan. Contoh kecil dari pernyataan sebelum ini ialah kebiasaan jelek pasangan yang sebelumnya sama sekali nggak kita tahu; habis rapihin rambut terus sisirnya ditaruh sembarangan, misalnya. Sesuatu yang remeh, tapi sangat dapat menyebabkan perdebatan. Nah,  ketika itulah keteguhan hati sepasang pengantin gres akan diuji. Makanya, di awal sudah saya sampaikan, persiapan mental juga sangat dibutuhkan, dan fyi, usia belum dapat sepenuhnya jadi patokan dalam menjalankan keluarga bahagia. Umur boleh tua, tapi kadang ajaran masih jauh dari kata dewasa.

See Other Article

Bukankah Kita Diciptakan untuk Dapat Saling Melengkapi Arisan Link; Bukankah Kita Diciptakan untuk Dapat Saling Melengkapi?

Banyak cara untuk berkompromi dengan kebiasaan jelek pasangan, menyerupai yang saya kutip dalam postingan mantan Jurnalis senior Mbak Ratna Dewi, dalam menghadapi kebiasaan jelek pasangan kita dapat membicarakan hal tersebut dengan kepala dingin, dengan begitu, perdebatan akan dapat diminimalisir, buat perjanjian di awal biar nggak menyebabkan salah faham kemudian, bikin peraturan do and don't biar lebih terang dan nggak melewati batas, nah jika sudah kelewat batas.. murka boleh, tapi jangan keseringan, sekedarnya saja, di sini kita akan diuji, bagaimana cara biar kita dapat mengendalikan emosi, dan yang terakhir adalah.. berdamai dengan kebiasaan jelek pasangan.

Ya, berdamai dengan kebiasaan jelek pasangan ialah pilihan terakhir dikala segala macam perdebatan sudah dilalui, tapi namanya saja "kebiasaan" ya, jadi mungkin agak sulit buat menghilangkannya. Di sisi lain, setiap orang memang mempunyai kebiasaan buruknya masing-masing, tapi bukan berarti hal tersebut menjadi lantaran perdebatan tiada simpulan dengan pasangan. Daripada fokus ke kebiasaan jelek pasangan, lebih baik melengkapinya dengan kebiasaan baik kita, jika pasangan suka naruh sisir sembarangan ya kita yang ngerapihin ke daerah semula, biar seimbang, gitu. Ini hanya sekadar tumpuan kecil, mungkin akan ada lebih banyak lagi perbedaan, kebiasaan baik ataupun kebiasaan jelek yang perlahan muncul ke permukaan pasca menikah. Jadi, siapkan dirimu, muda-mudi single di luaran sanah...



Sincerely, 
Bukankah Kita Diciptakan untuk Dapat Saling Melengkapi Arisan Link; Bukankah Kita Diciptakan untuk Dapat Saling Melengkapi?










Share this Article
< Previous Article
Next Article >
Copyright © 2019 Xomlic - All Rights Reserved
Design by Ginastel.com