Hayooo, siapa yang sudah pernah berkunjung ke RS Jiwa? Mungkin tak banyak orang yang datang berkunjung ke RS Jiwa secara sengaja untuk bertemu seseorang. Beda dengan RS umum atau RS bersalin yang bisa dibilang ramai dikunjungi, bahkan di hari libur sekali pun. Sementara ke RS Jiwa? Ga mungkin kayaknya ya kalau bukan karena ada sesuatu yang mendesak. Walau terpaksa sekalipun, biasanya masih berpikir beribu kali untuk datang ke sana. Iya apa iya?
Bagi orang awam, datang ke RS Jiwa itu "menyeramkan". Ya, sama menyeramkan dengan ketemu penderita Schizofren di jalan. Takut mereka berbuat onar, mendadak memeluk, atau melempar batu.
Walau kuliah di Psikologi dan biasa mendengar istilah-istilah klinis, saya ga punya cukup ketangguhan hati menghadapi penderita gangguan jiwa berat. Seumur-umur, saya belum pernah berkunjung ke RS Jiwa. Aneh? Iya, kalau bukan mahasiswa yang mengambil profesi Psikolog, memang ga ada kepentingannya datang ke RS Jiwa, kecuali mau studi kasus, studi banding, atau memperdalam materi kuliah.*cmiiw.
Beruntunglah, sore itu, 26 April 2017, saya bersama teman-teman Blogger Cihuy berkesempatan mengunjungi RS Jiwa dr.Soeharto Heerdjan yang terletak di Jl. Prof. Dr. Latumeten, Grogol. Dalam rangka ulang tahunnya yang ke-150. Tua yaa? Yap, RS ini merupakan RS Jiwa tertua yang didirikan sejak tahun 1876 berdasarkan keputusan Kerajaan Belanda no 100, tanggal 30 Desember 1865, dan keputusan Gubernur Jenderal (Belanda), tanggal 14 April 1867. Umurnya bahkan lebih tua dari umur Indonesia ya.
Dulunya RS ini dikenal dengan nama RS Jiwa Grogol. Tapi, pada tahun 1973, namanya berubah menjadi RS Jiwa Jakarta, untuk menghilangkan stigma masyarakat. Diubah lagi menjadi RS Jiwa Pusat Jakarta pada tahun 1993. Namun, sejak tahun 2002, nama RS ini berubah lagi menjadi RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, hingga kini.
Sempat ada perasaan deg-degan sebelum berangkat. Serem ga yaa datang ke sana? Bagaimana kalau ada penderita Schizofren yang "lepas". Bagaimana kalau diapa-apain? Haiyaaahh, kebanyakan nonton film, hahaha.
Sisi lain diri tetap berpikir, ah gak mungkin lah ada pasien gaduh gelisah yang nyasar keluar ruangan. Pasti dikontrol ketat. Pasien-pasien yang belum tenang pasti dikarantina. Ga mungkin mereka bisa keluar ruangan tanpa pengawasan. Dan benar. Sepanjang memasuki RS, menyusuri lorong demi lorong guna mencapai lokasi acara, saya tidak menemukan hal-hal aneh yang ada dalam bayangan. Ketakutan-ketakutan itu ternyata hanya ada dalam pikiran saya saja.
Saat menyusuri selasar RS, saya melewati beberapa kamar besar yang semua jendelanya dipasangi teralis rapat, pintu pun tertutup rapat, dilapis jeruji besi yang tebal. Di dalamnya tampak berjejer ranjang. Jumlahnya sekitar 20 ranjang yang saling berhadapan. Beberapa pasien berseragam biru tua, sedang tidur di ranjang. Beberapa lainnya tidur di lantai atau mondar mandir mengitari ruangan. Ada juga yang berdiri di jendela menatap ke luar dengan tatapan kosong. Ada yang menatap saya dengan pandangan curiga. Ah, saya langsung mengurungkan niat untuk memotret ruangan itu. Pun secara etika, saya tidak bisa mengambil gambar mereka, kecuali bagian wajahnya diblur.
Acara peringatan ulang tahun bersama blogger ini dimulai dengan Hospital Tour, mengunjungi ruangan Day Care alias ruang rehabilitasi. Ruang yang ditujukan bagi pasien-pasien yang sudah tenang, mampu memahami realitas diri, mampu merawat diri, dan dipersiapkan untuk bisa kembali beraktifitas di masyarakat.
Ruangan rehabilitasi terdiri dari beberapa ruangan, sesuai peminatan dan kemampuan pasien. Pasien yang bisa memasuki ruang rehabilitasi ini adalah pasien-pasien terpilih. Mereka bisa menjalani perawatan Day Care jika sudah dianggap layak berdasarkan penilaian dan lolos screening yang dilakukan oleh banyak ahli, mulai psikolog, terapis, sampai psikiater. Data mereka akan dicatat dan diberikan jadwal harian aktifitas yang bisa dilakukan setiap harinya.
Aktifitas mereka ini dipantau dan didampingi setiap hari. Beberapa karya pasien yang layak ditampilkan, bisa saja dijual atau dipamerkan. Mereka pun tetap bisa mendapatkan penghasilan dari karyanya tersebut.
Salah satu ruangan Day care yang saya kunjungi adalah ruangan Tata Boga. Di ruang ini tersedia dapur yang berisi kompor, oven dan meja kerja untuk praktek membuat berbagai macam makanan.
![]() |
RS Jiwa dr. Soeharto Heerjan |
Beruntunglah, sore itu, 26 April 2017, saya bersama teman-teman Blogger Cihuy berkesempatan mengunjungi RS Jiwa dr.Soeharto Heerdjan yang terletak di Jl. Prof. Dr. Latumeten, Grogol. Dalam rangka ulang tahunnya yang ke-150. Tua yaa? Yap, RS ini merupakan RS Jiwa tertua yang didirikan sejak tahun 1876 berdasarkan keputusan Kerajaan Belanda no 100, tanggal 30 Desember 1865, dan keputusan Gubernur Jenderal (Belanda), tanggal 14 April 1867. Umurnya bahkan lebih tua dari umur Indonesia ya.
Dulunya RS ini dikenal dengan nama RS Jiwa Grogol. Tapi, pada tahun 1973, namanya berubah menjadi RS Jiwa Jakarta, untuk menghilangkan stigma masyarakat. Diubah lagi menjadi RS Jiwa Pusat Jakarta pada tahun 1993. Namun, sejak tahun 2002, nama RS ini berubah lagi menjadi RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, hingga kini.
Sempat ada perasaan deg-degan sebelum berangkat. Serem ga yaa datang ke sana? Bagaimana kalau ada penderita Schizofren yang "lepas". Bagaimana kalau diapa-apain? Haiyaaahh, kebanyakan nonton film, hahaha.
Sisi lain diri tetap berpikir, ah gak mungkin lah ada pasien gaduh gelisah yang nyasar keluar ruangan. Pasti dikontrol ketat. Pasien-pasien yang belum tenang pasti dikarantina. Ga mungkin mereka bisa keluar ruangan tanpa pengawasan. Dan benar. Sepanjang memasuki RS, menyusuri lorong demi lorong guna mencapai lokasi acara, saya tidak menemukan hal-hal aneh yang ada dalam bayangan. Ketakutan-ketakutan itu ternyata hanya ada dalam pikiran saya saja.
![]() |
Salah satu lorong di RS. Jiwa dr. Soeharto Heerjan |
Saat menyusuri selasar RS, saya melewati beberapa kamar besar yang semua jendelanya dipasangi teralis rapat, pintu pun tertutup rapat, dilapis jeruji besi yang tebal. Di dalamnya tampak berjejer ranjang. Jumlahnya sekitar 20 ranjang yang saling berhadapan. Beberapa pasien berseragam biru tua, sedang tidur di ranjang. Beberapa lainnya tidur di lantai atau mondar mandir mengitari ruangan. Ada juga yang berdiri di jendela menatap ke luar dengan tatapan kosong. Ada yang menatap saya dengan pandangan curiga. Ah, saya langsung mengurungkan niat untuk memotret ruangan itu. Pun secara etika, saya tidak bisa mengambil gambar mereka, kecuali bagian wajahnya diblur.
![]() |
Sambutan oleh dr.Suzy |
Acara peringatan ulang tahun bersama blogger ini dimulai dengan Hospital Tour, mengunjungi ruangan Day Care alias ruang rehabilitasi. Ruang yang ditujukan bagi pasien-pasien yang sudah tenang, mampu memahami realitas diri, mampu merawat diri, dan dipersiapkan untuk bisa kembali beraktifitas di masyarakat.
![]() |
Hospital Tour |
Ruangan rehabilitasi terdiri dari beberapa ruangan, sesuai peminatan dan kemampuan pasien. Pasien yang bisa memasuki ruang rehabilitasi ini adalah pasien-pasien terpilih. Mereka bisa menjalani perawatan Day Care jika sudah dianggap layak berdasarkan penilaian dan lolos screening yang dilakukan oleh banyak ahli, mulai psikolog, terapis, sampai psikiater. Data mereka akan dicatat dan diberikan jadwal harian aktifitas yang bisa dilakukan setiap harinya.
![]() |
Jadwal harian bagi pasien rehabilitasi |
Aktifitas mereka ini dipantau dan didampingi setiap hari. Beberapa karya pasien yang layak ditampilkan, bisa saja dijual atau dipamerkan. Mereka pun tetap bisa mendapatkan penghasilan dari karyanya tersebut.
![]() |
Prakarya,hasil karya pasien rehabilitasi |
Salah satu ruangan Day care yang saya kunjungi adalah ruangan Tata Boga. Di ruang ini tersedia dapur yang berisi kompor, oven dan meja kerja untuk praktek membuat berbagai macam makanan.
![]() |
Rak display untuk memajang hasil masakan yang dijual hari itu |
![]() |
Sisi lain dapur yang berisi kompor & tempat bebersih |
![]() |
Bagian dapur yang digunakan untuk memanggang |
![]() |
Meja kerja untuk praktek membuat makanan |
Tiap hari mereka mendapatkan ilmu memasak yang berbeda, mulai dari membuat roti, kue-kue, hingga telor asin. Hasil karya mereka ini pun dijual. Saya sempat membeli roti isi selai durian yang saat itu ada di rak display. Saya sempat tak menyangka jika orang yang melayani penjualan ternyata adalah pasien rehabilitasi. Kalau melihat kondisinya yang terlihat sudah cukup membaik, mungkin ybs sudah siap jika terjun kembali ke masyarakat.
![]() |
Jadwal harian masakan yang dipelajari tiap harinya. |
Beberapa pasien pria ternyata sedang "bekerja" membuat telor asin. Sayangnya, mereka malah keluar begitu saya masuk untuk mengabadikan aktifitas yang dilakukannya.
![]() |
Praktek membuat telor asin, setelah jadi, bisa dijual |
Kami juga sempat berkunjung ke ruang pelatihan ketrampilan salon menyalon. Sayangnya sedang tidak ada aktifitas apa-apa di sini. Kalau ada kan lumayan, saya bisa potong rambut atau creambath di sini.
![]() |
Lokasi salon tempat praktek |
Di sisi lain ruangan Day care juga ada ruang khusus yang digunakan siswa untuk praktek karya seni, terutama lukisan.
![]() |
Hasil karya sebagian pasien rehabilitasi |
Ahhh, beruntung sekali saya bisa mengunjungi RS ini. Selama ini saya ga pernah tahu, seperti apa dan bagaimana RS Jiwa itu.
Walaupun sudah berkunjung ke banyak ruangan, saya tetap merasa belom puas. Masih ada ruangan lain yang belum saya kunjungi. Misalnya Instalasi Kesehatan Anak dan Remaja yang memiliki berbagai layanan, mulai rawat jalan, rawat inap, skrining masalah emosi dan perilaku, sampai psikoedukasi untuk orang tua dan guru. Pelayanan rawat jalan meliputi asesmen kebutuhan terapi : terapi integritas sensorik, terapi okupasional, terapi wicara, dsb ; pemberian intervensi, & terapi modalitas, sesuai kebutuhan.
Oh ya, selesai hospital tour, kami diputarkan sebuah video tentang proses penjemputan pasien pasung yang ada di daerah Lebak, Banten. Rupanya, RSJ Dr. Soeharto Heerjan ini melayani penjemputan pasien pasung atau pasien-pasien penderita gangguan jiwa yang sulit ditangani faskes setempat atau sulit dibawa ke RS.
Tak semua pasien bisa dijemput. Hanya pasien yang dinyatakan mempunyai masalah kesehatan mental oleh puskesmas atau fasilitas kesehatan setempat. So, kalau punya tetangga, teman, atau saudara yang terlihat terganggu jiwanya, datangi dulu fasilitas kesehatan setempat. Setelah didatangi, pasien akan dirujuk ke RSJ. Pihak RSJ yang akan melakukan penjemputan hingga tuntas. Perawatan pasien bisa menggunakan fasilitas bpjs. So, jangan khawatir yaa.
![]() |
Salah satu taman di RS Jiwa |
Oh ya, RS ini punya banyak taman dan bersih. Taman-taman ini ditujukan untuk memberi kesejukan plus terapi psikologis kepada pasiennya. Mereka mendapatkan area yang teduh dan tenang. Banyak pohon dan tanaman. Dengan taman yang banyak, diharapkan pasien menjadi lebih tenang dan sehat secara psikologis.
Ada yang punya pengalaman berkunjung ke RS Jiwa yang ada di kotamu? Share doonk
Ada yang punya pengalaman berkunjung ke RS Jiwa yang ada di kotamu? Share doonk
Sumber https://dapurbunda3f.blogspot.com/
Share this Article