Prolog Cerpen Romantis Terbaru 2019
Cerpen ini ku tulis untuk seseorang yang ku cintai, mungkin cerita ini adalah harapan dan doa wkwk.. Nikmati saja deh. Ada lucu-lucunya kok.
Langsung baca aja deh ...
Senja magrib yang menggambarkan perasaanku saat ini. Aku teringat saat masih kelas 6 SD. Selalu berjalan menuju mushola samping rumah, berwudhu sejenak, lalu duduk tepat di teras mushola. Indah ku lihat awan yang penuh dengan warna orange saat itu. Aku hanya bisa senyum simpul dan berkata “rasanya bahagia”. Saat ini aku sudah kuliah, jauh dari rumah dan keluarga. Namun, suasana itu tetap ada. Sesaat setelah ku melihat langit sore, seperti memanggil masa lalu kembali. Aku sangat ingin mengulangi masa itu, tapi apa daya, waktu bukanlah mainan yang dapat diputar seenaknya. Bersyukur adalah solusi terbaik.
Depan kos ada sebuah bunga kamboja berwarna merah merekah, seperti simbol semangat perjuangan. Aku duduk di sampinnya, sembari melihat segumpal awan di atas gedung berwarna kuning. Sedikit bernostalgia, menatap langit adalah caraku menemukan kebahagiaan masa lalu. Mengorek-ngorek masa lalu, tapi tak apa, aku pun senang.
“Gak kuliah Rif?” kata Andre dari belakang.
Sedikit malas, aku membalas pertanyaan Andre “Udah pulang bego, udah mau Magrib ini”
Andre adalah teman satu kosku. Sudah 2 semester ini aku dan dia satu kos. Dari awal masuk kampus ini memang aku dan Andre ingin ngontrak sebuah rumah, berhubung tak membawa motor, jadi kami memilih opsi paling rasional. Ya begitulah, kos kebanyakan lebih dekat dengan kampus, berbanding terbalik dengan kontrakan.
“Oh sori bro, baru bangun jadi agak kesleo otakku. Lah tapi cuaca memang cerah banget sih, seperti jam 3 sore” kata Andre.
“Iya udah deh, sini duduk sampingku. Aku mau curhat bentar” pintaku.
“Hemm, iya. Pasti masalah Anti kan?”
“Siapa lagi, sini!”
Boleh dibilang Anti adalah bunga kampus, banyak yang suka dengan dia. Termasuk aku. Entah dia pakai susuk apa sampai cowok cupu kaya aku bisa suka dengan dia. Mungkin memang inilah yang dinamakan masa remaja. Tapi, umurku kan udah 20 tahun, masak baru pubertas sih. Ah gak mungkin. Sudahlah.
“Gimana-gimana? Kenapa lagi si Anti?” ucap Andre setelah duduk di sampingku.
“Ndre, kau tau kan cewek yang pernah ku dekati? ...”
“Iya tahu!”
“Jangan jawab dulu, aku mau lanjut. Dengerin aku cerita!”
“Iya-iya, monggo mas Arif ganteeng”
“Aku gak pernah berhasil mencintai mereka. Hanya sebatas suka, kagum tapi gak bisa ke level cinta. Entah, terlalu sulit bagiku. Tapi, kenapa Anti bisa membuatku seperti ini ya? Aku bingung dengan perasaanku sendiri. Dia itu tidak spesial, tapi seakan-akan ada tempat di hatiku untuk dia. Ada ruang kosong yang dia tempati dan aku nyaman. Aku memang benar mencintainya. Tapi, aku masih belum tahu apakah dia memiliki perasaan yang sama denganku,”
Sambil memandang langit sore, aku melajutkan kata-kataku “Tapi Ndre, aku yakin perasaan ini bukanlah main-main. Jika dibandingkan dengan semua cewe yang pernah ku dekati, perasaan ini jauh lebih besar.”
Andre bengong sembari memandang bunga kamboja tepat di depannya.
“Rif, kau tau gak bunga kamboja itu?” tanya Andre.
“Iya, kenapa?”
“Dia cantik, tapi saat kau memegangnya dan merasakan rasanya, pahit!” kata Andre serius.
“Gimana maksudnya, aku gak faham?”
“ Cinta itu perlu perjuangan Rif, kau tak bisa memiliki seseorang tanpa merasakan pahitnya jatuh cinta. Coba fahami dulu, kau jatuh cinta berarti sudah tahu risiko suatu saat kau akan sakit hati. Namun, jangan jadikan sakit hati itu sebagai batu sandungan untuk mendekatinya. Tapi jadikan batu loncatan, bahwa kau jauh lebih dewasa dari pada anak yang suka tidur dan bermain game”
“Hemm gitu ya Ndre, berarti aku harus berjuang dan harus siap patah hati?”
“Betul, jadilah seorang prajurit yang siap mati di medan pertempuran demi mendapatkan wilayah jajahannya” Kata Andre.
“Coba fikirkan dan mulai dekati dia Rif, jangan cuma berfikir apakah dia suka atau tidak denganmu. Cobalah cari tahu dengan tindakanmu. Aku mandi dulu ya, udah mau Magrib” lanjutnya.
Terangnya mentari sudah mulai redup, warna orange sudah menutupi langit di depanku. Aku masih memikirkan ucapan Andre. Apa yang bisa ku lakukan untuk Anti? Pertanyaan yang mengiang-ngiang dalam fikiranku. Aku berdiri, melihat ke atas lalu memalingkan pandangan ke bunga kamboja dan berkata “aku akan mengambil risiko itu!”
***
Anti adalah teman sekelasku, berangkatnya hampir tidak pernah telat. Menjadi salah satu mahasiswa paling rajin di kelas. Beda jauh seperti aku. Hampir setiap dosen mengenalku. Bukan karena nilaiku yang selalu sempurna, tapi selalu terlambat. Dan alasan yang selalu ku pakai adalah “Membantu nenek-nenek nyebrang jalan”. Meskipun konyol, entah kenapa dosen selalu percaya dengan perkataanku. Mungkin aku bakat menjadi seorang penipu.
“Udah ambil absen bro?” tanya Rano kepadaku.
“Oh ya bro, bentar-bentar!”
Ruangan administrasi tak terlalu jauh dengan kelas. Hanya berjarak beberapa ruangan saja. Satu, dua langkah ku lewati. Aku berpapasan dengan Anti. Aku berhenti sejenak, memandang tanganya yang menenteng selembar map berwarna kuning khas fakultas ekonomi.
“Hei Anti!” panggilku.
“Kenapa Rif?” jawab Anti seketika.
“Itu absen kita hari ini?”
“Iya, kenapa?”
“Ya gapapa sih, kok kamu yang ngambil?”
“Tadi sekalian Rif, hehe. Yaudah ayok ke kelas aja deh”
Aku melihatnya dari belakang. Wanita di depanku itu adalah bunga hatiku.
Hampir setiap malam memang Anti sering aku Whatsapp. Gak pernah tanya tugas, hanya basa-basi saja. Entah apapun yang bisa dibahas pasti akan dibahas. Sering juga aku telfon. Alasannya gabut. Tapi ujung-ujungnya tak kerasa sudah 4 jam telfon. Kadang aku bingung, kok bisa selama itu sih. Jawabannya mungkin karena cinta. Bicara sehari tanpa henti dengannya pun aku pasti kuat.
Di kelas, aku duduk agak di belakang, Anti ada di paling depan samping kiri meja dosen. Masalah kepintaran, Anti jauh lebih pintar dariku. Yah mau gimana lagi, kerjaanku di kos hanya makan, tidur dan bermain game. Udah itu aja.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya dosen datang.
“Setelah ini, aku akan mengungkapkan perasaanku ke Anti. Apapun jawabannya aku harus menerima dengan lapang dada” ucapku dalam hati sebelum dosen berbicara.
“Selamat Pagi!”
....
(Lanjut Episode 2)
Sumber https://detakpustaka.blogspot.com/
Share this Article