Rasanya, saya belum pernah menemukan orang yang tak suka bakso. Hampir semua masyarakat Indonesia pasti mengenal bakso. Ya, seminimalnya sudah pernah mencicipi, dan menyukai rasanya.
Bakso sebenarnya bukan lah asli makanan Indonesia, melainkan makanan peranakan asal Tiongkok, yang kemudian dengan mudah diterima oleh lidah masyarakat Indonesia sehingga akhirnya melebur menjadi makanan khas Indonesia.
Hampir di setiap sudut jalan, ada saja pedagang bakso. Di komplek perumahan atau perkampungan, ada saja pedagang yang menggunakan gerobak dorong, mengelilingi komplek, dari rumah ke rumah. Pedagang bakso yang mangkal pun tak kalah banyak.
Saya suka sekali menyantap bakso saat sedang flu atau masuk angin. Rasanya mampu mengusir jauh-jauh rasa tak nyaman yang saya derita. Kuah kaldunya yang hangat dan daging baksonya yang enak, mampu memberikan energi saat sedang tak fit.
Saya suka sekali menyantap bakso saat sedang flu atau masuk angin. Rasanya mampu mengusir jauh-jauh rasa tak nyaman yang saya derita. Kuah kaldunya yang hangat dan daging baksonya yang enak, mampu memberikan energi saat sedang tak fit.
Sayangnya nih, banyak isu-isu negatif dan fakta-fakta mengejutkan terkait Bakso. Mulai ditemukannya kasus bakso berformalin, bakso yang mengandung boraks, hingga isu bakso yang menggunakan daging celeng (babi hutan) atau tikus *hiiyyy.
Hadeuh, dengernya aja udah serem. Mual!
Itu sebabnya, beberapa tahun terakhir saya ga terlalu berani jajan Bakso sembarangan. Terutama di tempat-tempat yang saya ga yakin banget kualitasnya. Saya sedikit parno makannya.
Saya baru berani makan kalau lagi ada acara-acara keluarga yang menyediakan Bakso sebagai salah satu sajiannya. Atau, saya juga baru berani makan kalau itu buatan teman, atau buatan orang yang saya percaya.
Kalau sengaja jajan di pinggir jalan atau di warung-warung tertentu, saya masih mikir beribu kali. Kecuali diajak teman yang memang tahu kualitasnya, atau diundang mereview Bakso.
Kalau sengaja jajan di pinggir jalan atau di warung-warung tertentu, saya masih mikir beribu kali. Kecuali diajak teman yang memang tahu kualitasnya, atau diundang mereview Bakso.
Filosofi Bakso
Pagi menjelang siang itu, 9 Mei 2018, bertempat di Kolega x Mark Plus Coworking Space, saya dapat kesempatan untuk menghadiri acara Gathering Blogger bersama Bakso Bonanza dan Mom Blogger Community (MBC).
Narasumber (ki-ka) Dayu Ariasintawati, MD PT GGL dan Emilia E. Achmadi, Nutrisionist |
Hadir sebagai pembicara talkshow adalah Emilia E. Achmadi, ahli gizi, nutrisionist, yang biasa mengatur dan merencanakan pola makan bagi para atlet. Menurut mba Emilia, pola konsumsi daging masyarakat Indonesia ini masih rendah banget, hanya 2,9 kg per tahun! Ya ampun, rendah banget ya. Berarti rata-rata hanya 200gr per bulan? Hiks.
Padahal, daging sapi merupakan sumber protein yang tetap dibutuhkan setiap hari untuk menjaga metabolisme tubuh. Salah satu bentuk olahan daging sapi, bakso, bisa dijadikan alternatif untuk mengkonsumsi daging.
Cuma memang harus jeli dalam memilih produk olahan seperti ini. Pilih lah bakso yang tanpa bahan pengawet, tanpa pengenyal, dan komposisi dagingnya lebih banyak.
Sementara itu, Dayu Ariasintawati, Managing Director PT. Great Giant Livestock (GGL), melalui divisi Great Giant Food (GGF), menyebutkan Bakso Bonanza terbuat dari 84% daging sapi pilihan. Artinya, prosentase dagingnya lebih banyak. Dagingnya pun murni daging sapi, bukan campuran.
PT. GGL sebenarnya merupakan perusahaan perkebunan yang menghasilkan buah-buahan sejenis Pisang Sunpride, Nanas Honey, dsb. Nah, limbah olahan nanas digunakan sebagai pakan bagi sapi-sapi yang juga mereka ternak sendiri, baik sapi potong, maupun sapi perah (produk susu HomeTown Dairy).
Nanas banyak digunakan sebagai pengempuk daging, pernah tahu? Nah, kalau nanas jadi konsumsi si sapi, tentu dagingnya pun empuk. Makanya daging-daging sapi yang didistribusikan oleh PT. GGL terkenal empuk.
Kini, untuk memaksimalkan produk dagingnya, PT. GGL melalui GGF mengembangkan produk olahan daging sapi dalam bentuk bakso.
Para peserta, blogger dan media, serius mendengarkan |
Kenapa Bakso?
Rasanya yang enak disantap hangat-hangat dengan kuah kaldu yang mengepul, ditambah mie, bihun, daun bawang, sawi, bawang goreng, hingga sambal pedas, sungguh sedap dinikmati saat santai atau saat tak enak badan.
Karena alasan-alasan ini lah, masyarakat Indonesia ini banyak yang menyukai Bakso. Lebih mudah diterima di semua kalangan ketika dijadikan suguhan dalam sebuah acara. Baik anak-anak, hingga orang dewasa.
Banyaknya isu negatif tentang bakso yang membuat banyak orang enggan mengkonsumsi bakso, contohnya saya, membuat GGF ingin memberikan solusi. Menciptakan bakso yang berkualitas, bakso premium dengan daging sapi pilihan. Menepis ketakutan masyarakat akan bakso yang bahannya meragukan. Bakso yang bisa dibuat sendiri di rumah dengan bahan pilihan.
Karena alasan-alasan ini lah, masyarakat Indonesia ini banyak yang menyukai Bakso. Lebih mudah diterima di semua kalangan ketika dijadikan suguhan dalam sebuah acara. Baik anak-anak, hingga orang dewasa.
Banyaknya isu negatif tentang bakso yang membuat banyak orang enggan mengkonsumsi bakso, contohnya saya, membuat GGF ingin memberikan solusi. Menciptakan bakso yang berkualitas, bakso premium dengan daging sapi pilihan. Menepis ketakutan masyarakat akan bakso yang bahannya meragukan. Bakso yang bisa dibuat sendiri di rumah dengan bahan pilihan.
Oh ya, Bakso Bonanza yang dikenalkan GGF ini tanpa bahan pengawet, itu sebabnya harus disimpan di freezer, pada suhu minimal -18 derajat celsius. Menurut mba Emilia, daging yang disimpan dalam keadaan beku, tidak berkurang kualitas maupun gizinya, selagi diproses dengan baik. Jadi aman lah ya.
Bakso Bonanza
Bakso Bonanza |
Bakso Bonanza ini dijual dalam keadaan Frozen di supermarket kelas A sejenis Ranch Market, Farmers Market, Hero, Papaya, Market City, Superindo, dan Lulu Market. Biasanya ada di deretan produk-produk makanan beku. Kenapa begitu? Karena Bakso Bonanza memang tidak menggunakan pengawet.
Saat ini hanya ada 1 kemasan 500gr dengan isi sekitar 30 pcs. Harga yang dipatok adalah Rp 85.000 / pack. Memang harganya terbilang premium dibanding bakso-bakso kemasan lainnya. Tapi ya sebanding lah, mengingat komposisinya yang terdiri dari 84% daging sapi murni. Harga daging sapi per kilo aja udah berapa?
Bakso Bonanza setelah diolah (foto by Amalia Sarah) |
Saat mencoba sendiri daging bakso Bonanza ini, memang terasa sekali lembutnya, karena komposisi daging yang lebih banyak. Rasa daging terasa mendominasi. Rasa gurihnya berasal dari daging yang memang juicy, bukan karena penyedap rasa. Daging baksonya sendiri sudah enak.
Daging yang dipotong dan diproses sesuai dengan syariat Islam, sehingga sudah mendapat sertifikat halal dari MUI.
Saya sampai kelupaan foto-foto baksonya lho saking udah ga sabar mau makan bakso Bonanza ini. Pas inget mau foto, udah tinggal setengah porsi dan bentuknya udah acak-acakan.
Niatnya mau buat bakso sendiri aja di rumah. Tapi lantas kog ya saya sayang-sayang, hahaha. Mau saya simpan dulu ah, nanti aja saya olah, nunggu anak-anak (Faldi & Ferdi) pulang dari Pondok. Saya mau menjamu mereka dengan pesta bakso Bonanza. Yeaaayy.
Kasihan soalnya, anak pondok jarang makan daging, apalagi bakso. Mau dibawain ke Pondok juga ga mungkin, kan makan bakso enaknya dalam keadaan panas, masih ngepul, di mangkok, pakai sambel yang pedas... ughhhh...
Membuat Kuah Bakso Sendiri
Membuat sajian bakso lengkap seperti sajian yang ada di warung-warung bakso, jika bahan dasar dagingnya sudah enak, mudah banget.
Pertama, rebus tulang -tulangan atau tetelan. Didihkan air, masukkan tulang-tulangan yang sudah dibersihkan. Biarkan air terus mendidih sampai kaldunya keluar dan airnya susut. Biasanya merebus tulang butuh waktu sekitar 30-60 menit. Saya lebih suka merebus dalam waktu lama, sampai kaldunya benar-benar banyak.
Kedua, siapkan bumbunya. Biasanya saya menggunakan bawang putih cincang yang ditumis, bisa juga menggunakan tambahan kemiri sangrai, masak bersama kuah bakso. Udah deh, jadi bakso ala-ala warung bakso. Tinggal tambah gula garam sesuai selera.
Ketiga, siapkan bahan pelengkap seperti mie basah, bihun, sawi rebus atau toge rebus, bawang goreng, daun bawang, kucai, kecap, jeruk, atau pelengkap lain. Suka-suka aja kalau ini sih.
Kelebihan Bakso Bonanza
Oh ya, yang saya suka dari Bakso Bonanza ini, bulatannya tidak terlalu besar, porsinya cukup pas untuk konsumsi orang dewasa maupun anak-anak. Jumlahnya yang cukup banyak dalam 1 kemasan, sekitar 30 pcs, akan menguntungkan kalau digunakan sebagai suguhan acara keluarga. Arisan? Atau buka bersama?
Berikut kesimpulan saya tentang Kelebihan Bakso Bonanza :
1. Komposisi dagingnya lebih banyak, 84%.
2. Dagingnya berasal dari peternakan sapi sendiri
3. Sapi yang diternakkan mendapat makanan khusus, limbah nanas yang berasal dari perkebunan sendiri.
4. Daging sapinya dipotong dan diolah dengan cara halal hingga mendapat sertifikat halal MUI (lihat bagian depan kemasan)
5. Produknya diolah dengan baik dan hygienis sehingga mendapat nomor BPOM, 239510062109, bisa dicek di web BPOM
6. Tanpa pengawet, sehingga tidak bisa terlalu lama di lemari pendingin apalagi di suhu ruang. Harus disimpan di freezer.
Bagaimana?
Mau coba buat suguhan kuah bakso sendiri untuk arisan atau bukber?
Yuuk! Mari suguhkan bakso yang sehat, halal, dan berkualitas.
Sumber https://dapurbunda3f.blogspot.com/
Share this Article