Pemilu sudah berakhir pada tanggal 17 April kemarin, namun ada banyak pro dan kontra yang mengiringinya. Saat kamu membaca judul artikel ini, mungkin kamu berfikir saya sangat provokatif, namun, coba baca ulasan saya berikut tentang Prabowo perusak kedamaian Indonesia pasca pemilu 2019.
Sejak masa kampanye, Prabowo dan BPN-nya memang sering membuat gaduh, khususnya dalam memanaskan persaingan perebutan suara pemilu. Trik menakut-nakuti ala Donald Trump digunakan Prabowo dengan dalih ingin meniru sang suksesor meraup suara di Amerika. Namun, rakyat Indonesia tetaplah Indonesia, bukan Amerika. Berbagai sindiran balik terhadap berbagai ucapan Prabowo menjadi lelucon dunia maya. Tak jarang membuat saya terhibur. Seperti komedi politik ya?
Banyak hal kontroversial yang dilakukan Prabowo dan BPN-nya, salah satunya adalah hoax RS. Bahkan disiarkan secara langsung di salah satu stasiun televisi swasta di indonesia. Pada akhirnya memang harus menanggung malu dan cuci tangan terhadap perbuatannya sendiri. RS hanya menjadi tumbal politik dan harus dilupakan. Begitulah politik, berbagai kepentingan memang harus dikorbankan untuk kepentingan lain.
Terakhir, sujud syukur ala 2014 kembali dilakukan Prabowo. Entah apa yang ada difikirannya. KPU belum resmi mengumumkan siapa yang memanangkan pemilu, bahkan quick account tidak berpihak memenangkan Prabowo. Lucunya, sujud syukur. Jangan-jangan ini hanyalah episode lama yang diulang kembali dalam perpolitikan Indonesia? Akankah kisah pilu 2014 akan menimpa Prabowo kembali? Kita tunggu saja.
Dan ini, hmm.. jujur saja aneh dan lebih aneh dari sujud syukur. Prabowo dan timnya mengumumkan di hadapan media bahwa dirinya terpilih menjadi presiden berdasarkan perhitungan internal yang data dan metodologinya tidak dipublikasikan. Bahkan, BPN Prabowo menghasut para pendukungnya untuk tidak mempercayai televisi dan menyerang KPU melakukan kecurangan perhitungan. Aneh memang, terus siapa yang harus dipercayai sedangkan kubu Prabowo tidak membeberkan data dan metodologi yang digunakan dalam perhitungan internal. Ibarat kata, dihitung-hitung sendiri, dimenang-menangkan sendiri kalau kalah menangis sendiri. Sudah kebelet jadi presiden pak?
Lantas, apa hubungannya dengan judul? Sebenarnya saya hanya menggiringmu untuk berspekulasi tentang poin terakhir. Bagaimana Prabowo secara gamblang mengumumkan diri sebagai presiden baru Indonesia tanpa ada pengumuman resmi dari KPU. Dan parahnya lagi, menuduh KPU melakukan kecurangan. Inilah nantinya yang dapat memecah belah Indonesai. Jelas hal ini sangat mempengaruhi kesatuan Indonesia. Saat ini kita dibagi menjadi 3 kelompok dengan 2 kelompok mayoritas, yaitu: kampret dan cebong. Yang satu adalah pihak netral.
Jika provokasi demi provokasi dilancarkan Prabowo dan timnya, bukan tidak mungkin hujatan akan menjadi pukulan. Selama ini pendukung loyal Prabowo dan Jokowi hanya berbasis di sosial media saja. Dan sejauh yang saya amati selama beberapa bulan, intoleran mereka sangat tinggi. Tidak adanya suatu kesatuan sebuah bangsa dari cerminan mereka.
Kalangan bawah, dalam hal ini rakyat, jika sudah panas terprovokasi, ditambah salah satu paslon memprovokasi, tinggal tunggu waktu saja baku hantam akan terjadi.
Seharusnya hal konyol seperti mengumumkan diri tidak dilakukan. Itu hanya akan menimbulkan spekulasi-spekulasi negatif masyarakat terhadap penyelenggaraan pemilu dan bisa jadi demokrasi kita tercoreng hanya karena sebuah provokasi. Akankah kau tega rakyat saling benci hanya karena tahta yang kau anggap harus diperjuangkan sampai mati? ITU BUKANLAH CERMINAN PEMIMPIN PAK!!
Sumber https://detakpustaka.blogspot.com/
Share this Article